Arsip

Buah Melody dari Ketep

Sewaktu bepergian Yogya-Salatiga, salah satu rute yang sering kami lewati adalah melewati Ketep, Magelang. Tempat ini merupakan slaah satu obyek wisata yang cukup bagus. Ketep terletak di jalan Muntilan-Boyolali. Dari sini pengunjung dapat melihat pemandangan canti gunung Merapi dan Merbabu. Bahkan sekarnag juga dilengkapi dengan fasilitas gedung bioskop yang memutar film tentang gunung Merapi.

Kami sekeluarga sudah sering mampir di sini. Jadi sekarang kalau lewat, paling hanya singgah di warung-warung makanan yang terdapat di depan lokasi parkiran. Di sana banyak dijual jagung bakar dan mendoan, serta makanan kecil dan minuman hangat lainnya.

Hari minggu beberapa waktu lalu, saya dan suami bermotoran lewat Ketep juga. Di sini seperti biasa kami hanya beristirahat sebentar sambil memesan gorengan panas. Hobby suami yang makan mendoan tentu saja terpuaskan, walaupun katanya tetap lebih enak mendoan dari Purbalingga. Makan mendoan ditemani caberawit dan minuman hangat memang enak.

Setelah beranjak mau pergi, pandangan mata tertumbuk pada satu wadah berisikan buah bulat loreng-loreng. Buah berwarna ungu yang mirip terong itu dijual oleh pemilik warung sebelah tempat kami makan. Saya pun tertarik mendekat, ternyata itu buah terong melody.

Buah ini aslinya adalah buah pepino atau dalam bahasa latinnya Solanum Maricatum. Buah ini adalah tanaman dari Amerika Selatan dan dibawa ke Indonesia oleh Belanda. Meskipun sebenarnya buah ini sudah ditanam di Indonesia sejak jaman penjajahan, namun belum banyak yang mengenalnya. Buah pepino ini famili terong-terongan makanya disebut juga buah terong melody. Buah ini biasa ditanam di dataran tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Buah ini diyakini dapat mengatasi penyakit stroke, darah tinggi, gangguan pencernaan, maag, sembelit dan diabetes melitus.

Tumpukan buah melody dijual di Ketep, Magelang.

Tumpukan buah melody dijual di Ketep, Magelang.


Baca lebih lanjut

Sop Gurih Balungan Kambing Ala Magadim

Siapa yang tidak kenal thengkleng ? Saya yakin banyak yang menggemari menu makanan yang satu ini. Makanan ini merupakan kuliner khas dari Solo, meskipun juga sekarang sudah banyak dijumpai di kota-kota lain. Tentu saja kuliner ini berkembang dengan variasi bumbu dan rasa yang lain. Menu masakan dengan bahan baku balungan atau tulang belulang dari kambing ini bervariasi seperti thengkleng di Solo ini atau gule balungan (lelung) kalau di Yogya. Tetapi sekarang ada satu lagi jenis olahan balungan kambing ini yang dikenal dengan nama Magadim. Cukup enak juga makanan yang terakhir ini. Kami menemukan tempat yang menjual makanan ini adalah di tempat kawasan parkir wisata di Ngampilan, Yogyakarta.

Inti dari jenis masakan-masakan tersebut adalah makanan yang mengolah balungan atau tulang belulang dari kambing. Jadi kambing setelah disembelih dan diambil bagian dagingnya maka akan menyisakan bagian tulang yang masih melekat sedikit daging. Umumnya adalah tulang iga, tulang kaki atau kepala. Meskipun namanya tulang belulang, namun tetap saja daging yang tersisa masih dapat dimakan bersih asalkan dimasak dalam waktu lama sehingga menjadi lunak dan mudah dimakan.

Magadim diakui oleh penjualnya berbeda dengan lelung atau thengkleng. Kalau lelung atau gulai balung itu dimasak dengan santan kental seperti halnya gulai-gulai biasa lainnya. Untuk thengkleng dimasak dengan kuah jernih tanpa santan, jadi hanya mengandalkan lemak dari sumsum atau bagian yang terbawa dalam tulang itu. Rasanya jelas lebih ringan daripada lelung itu. Untuk magadim berbeda dari kedua itu, meskipun mirip dengan thengkleng sebenarnya yakni sama-sama tidak menggunakan santan kelapa. Namun magadim menggunakan bumbu khas yakni minyak samin sehingga rasa gurihnya menjadi bertambah.

Warung makan magadim di Ngampilan

Warung makan magadim di Ngampilan


Baca lebih lanjut

Mesam-mesem Makan Garang Asem di Warung Mbah Semar

Warung makan mbah Semar itu warung makan jadul banget. Lokasinya ada di Kartasura, Jateng, tepatnya di ruas jalan menuju arah bandara Adisumarno. Kami memang kadang mampir di warung ini saat mengantar atau menjemput suami pergi Kualalumpur dengan menggunakan pesawat dari Solo.

Jarak Yogya-Kartasura sebenarnya kurang dari 70 km, namun kadang harus ditempuh lebih dari satu jam. Meskipun jalan sudah cukup lebar dan dibuat empat jalur, namun tetap sering tidak bisa lancar karena banyak truk bermuatan pasir dengan kecepatan rendah. Jadi kadang tetap saja ingin makan dulu sebelum berangkat. Pilihannya yang sering memang di Kartasura karena sudah dekat dengan bandar dan tempat yang dipilih adalah warung soto Ledok atau warung makan mbah Semar ini. Begitu juga kalau sedang menjemput, begitu keluar bandara karena lapar, tentu saja ingin segera diisi. Kalau situasi selesai menjemput ini, pilihannya selalu warung makan mbah Semar ini.

Di warung makan mbah Semar, sebenarnya tersedia banyak menu. Beberapa menu antara lain adalah salad solo, capjay, bakmi godhog dan yang paling favorit adalah garang asem ini. Untuk capjay dan bakmi godhog akan dimasak langsung kalau ada yang memesan. Salad solo akan diracik dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan. Salad solo ini juga disebut sebagai bestik solo. Untuk garang asem ini sudah tersedia dalam bungkusan siap makan.

Menu yang tersedia di warung makan mbah Semar

Menu yang tersedia di warung makan mbah Semar


Baca lebih lanjut

Membabat Habis Nasi Goreng Babat Salatiga

Salatiga termasuk salah satu kota yang cukup sering dikunjungi kami sekeluarga. Bukan apa-apa karena di sini tempat kecil saya, sekaligus juga masih banyak keluarga dari Ibu yang berdomisili di sini termasuk eyang. Perjalanan Yogya-Salatiga biasanya ditempuh dalam waktu 2-3 jam, sehingga kadang kami bertolak dan segera pulang kembali pada hari yang sama. Mengisi bahan bakar para penumpangnya jelas harus wajib dilakukan. Kuliner di Salatiga pun banyak yang dapat menjadi pilihan. Salah satunya adalah warung nasi goreng khas Salatiga. Warung ini terkenal dengan nama penjual aslinya dulu yakni nama Bu Fatimah.

Warung ini hanya berupa warung tempel saja tetapi bertempat di tengah kota. Sebenarnya warung ini sudah terkenal sejak dulu waktu saya masih kecil. Namun dengan semakin menjamurnya banyak tempat makan baru maka warung ini pun menjadi berkurang penggemarnya. Apalagi juga tukang yang memasak dan menyiapkan menu juga sudah berganti orang meskipun masih ada hubungan. Namun bagi kami kadang tetap saja mampir dan makan di warung makan ini.

Menu yang disediakan di sini sebenarnya beragam termasuk ada nasi campur. Namun hidangan spesial yang ada adalah nasi goreng. Nasi goreng di sini disediakan dengan tambahan jerohan sapi berupa babat atau iso. Babat dan iso ini sebelumnya sudah dimasak bacem, kemudian dipotong kecil-kecil untuk dimasukkan dalam nasi goreng ini. Rasanya pun enak tidak alot lagi.

Ian sangat lahap makan nasi goreng babat

Ian sangat lahap makan nasi goreng babat


Baca lebih lanjut

Mi Ceker Ayam yang Bikin Nyam-nyam

Ceker ayam atau kaki ayam untuk makanan biasanya masih dipandang sebelah mata bagi banyak orang. Namun di Indonesia, ceker ayam ini juga tetap banyak disajikan dalam hidangan dari bahan ayam. Jadi sebenarnya ceker ayam tetap ada konsumen yang menyantapnya, meskipun kurang disukai bagi banyak orang yang lainnya. Ceker ayam ini kalau dalam hidangan ayam goreng utuh, tetap melekat pada bagian ayam tersebut. Kalau pada hidangan ayam yang sudah dipotong, maka ceker menyatu dengan bagian paha. Kalau dihidangkan dalam sop, ceker bisa dipotong sendiri atau bahkan dipotong menjadi 2 atau 3 bagian. Ceker juga punya penggemar sendiri di tempat makan warung sego kucing.

Beberapa waktu lalu saya berboncengan dengan suami, jalan-jalan dengan motor, terus di daerah Seturan kami melihat plang nama tempat makan Mi Ayam Ceker. Kalau menu mi ayam sih sebenarnya sudah biasa dan kami juga punya beberapa tempat yang biasa didatangi untuk menyantap menu hidangan ini. Tetapi lihat ada tambahan ceker pada menu ini menjadi penasaran. Langsung saja kami berhenti untuk mencoba makan di tempat ini.

Setelah memesan menu mi ayam ceker dan minuman, kami pun duduk dan menikmati tempat yang cukup bersih ini. Kami hanya memesan 1 porsi saja untuk suami karena memang saya tidak begitu suka mi ayam.  Sayangnya menu disajikan agak lama, mungkin karena kami datang agak awal, sekitar jam setengah sebelasan, jadi bahan-bahan belum disiapkan semua.

Begitu datang ya langsung dicoba suami. Porsinya cukup penuh, setumpuk mi panas, dengan potongan sayur, bawang goreng, dan potongan daging ayam. Satu yang membedakan tentu saja adalah keberadaan ceker ayam di dalam mangkok tersebut.

Seporsi mi ayam ceker

Seporsi mi ayam ceker


Baca lebih lanjut

Ayam Panggang Klaten Produksi Godean

Kuliner khas kota Klaten salah satunya yang terkenal ngetop adalah ayam panggang. Kalau ke sana, kami biasanya membeli di bilangan daerah jalan Pemuda Selatan, berupa ayam panggang Matahari. Menu ini berupa ayam panggang dengan bumbu areh yang gurih manis dan aroma ayam yang cukup memancing selera. Namun sekarang menu ini juga sudah tidak harus diperoleh dengan datang ke kota sana. Menu yang hampir sama juga sudah banyak dijumpai di daerah lain. Contohnya baru-baru ini kami dapat kiriman syukuran dalam bentuk kotak makanan yang berisikan ayam panggang Klaten. Tetapi ayam panggang ini bukan kiriman dari Klaten melainkan ayam panggang Klaten yang dibuat dari daerah Godean Yogyakarta, tepatnya dari daerah Nogotirto, jl Godean.

Ayam panggang yang dikemas dalam kotak itu sebenarnya berbeda dengan ayam panggang yang biasa kami beli. Menu yang ini tidak basah dengan areh kelapa kental, namun dipanggang kering. Namun rasanya juga tetap sedap. Rasa khas ayam panggang ini adalah bau harum bumbu rempah yang digunakan antara campuran manis, asin dan rasa gurih lainnya. Tampilan ayam panggan ini berwarna gelap dengan daging yang masak, permukaan kulit agak mengkilat karena berminyak.

Sisa-sia ayam panggan yang telah diludes habis

Sisa-sia ayam panggan yang telah diludes habis


Baca lebih lanjut

Sayur Kraca – Makanan Unik dari Purwokerto

Pernah dengar Kraca ? Mungkin rasanya terdengar asing. Tapi kalau diganti pertanyaannya, pernah dengar Keong ? Mungkin semua orang akan menjawab pernah. Nah sayur kraca ini sebenarnya adalah sayur dari keong. Aslinya sih tidak ada sayurannya wong isi masakannya semua adalah keong, tapi di daerah Banyumas kan umum juga semua lauk disebut sebagai sayur. Ok, tulisan ini tentunya menceritakan tentang sayur kraca itu. Silakan dinikmati.

Kalau kata suami, dahulu sayur kraca di Purwokerto hanya umum tersedia kalau bulan puasa saja. Biasanya dijual di satu warung kecil depan mesjid di Jalan Kauman Lama Purwokerto. Memang pembelinya hanya orang-orang tertentu saja, tetapi ramai juga. Mungkin karena makanan ini banyak penggemar fanatiknya maka kemudian terus banyak yang jual juga. Sampai sekarang juga banyak yang jual dan malah tidak hanya saat bulan puasa saja.

Sayur kraca ini sebenarnya tidak ada sayurnya. Jadi masakan ini hanya berisikan keong-keong atau kraca itu saja. Masakan ini dulunya menggunakan keong yang diperoleh dari sawah atau sungai yang memang banyak terdapat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Namun seiring waktu kadang pasokan keong sawah liar ini susah untuk diperoleh, kemudian didatangkan dari daerah pantura seperti dari Demak.

Keong-keong itu berukuran besar kecil, umumnya yang berbentuk bulat spiral itu. Keong itu diolah awal mulai dari pembersihan dari sisa-sisa lumpur yang masih terbawa. Selanjutnya bagian ujung cangkang yang lancip dicacah sedikit sehingga menyisakan lubang supaya saat dimasak nanti bumbu bisa meresap ke dalam daging. Kalau tidak dicacah maka daging tetap tertutup rapat, karena lubang depan tertutup katup keras sehingga bumbu tidak bisa masuk. Setelah ini siap dimasak.

Sayur kraca ini umumnya menggunakan bumbu yang khas sehingga menghasilkan daging dengan rasa keong yang gurih pedas dan tidak amis. Keong yang sudah matang ini juga tidak menyisakan rasa lumpur jadi pokoknya enak. Bumbu yang digunakan untuk memasak ini adalah garam, bawang putih, lengkuas, cabe, dan bumbu lain. Rasa akhir yang dihasilkan memang cukup khas, antara pedas, asin dan manis.

Sayur kraca yang rasanya enak, asin dan pedas.

Sayur kraca yang rasanya enak, asin dan pedas.


Baca lebih lanjut

Bakso Sampurna Temanggung

Kadang sering lewat daerah Temanggung ingin beristirahat dan mencari makan juga. Kalau yang khas di sana sebenarnya adalah bakso ulek. Kuliner yang satu ini pernah ditulis di blog anak saya (baca di sini). Bakso ulek Temanggung dijual di tempatnya di jalan raya sebelah timur pasar. Ada juga sih yang jual di deretan kios kaki lima yang mangkal di tepi alun-alun kota ini. Tetapi sering juga kami pergi ke tempat makan lain yakni warung bakso Sampurna.

Warung ini kata suami saya sudah lama sekali ada karena memang dulu sewaktu KKN tahun 1991 sudah sering makan bakso di situ. Warung bakso ini tadinya ada di dalam pasar Temanggung, tetapi kalau kami lebih suka makan yang di warung bakso di Kranggan. Warungnya ini di tepi jalan raya Temanggung-Secang di sebelah utara jalan pas pertigaan di Kranggan itu.

Makan bakso di sini dapat memilih menu cukup bervariasi. Kalau lapar pun dapat meminta tambahan nasi kupat. Selain pilihan bakso standar seperti bakso biasa, bakso urat, mi kuning, mi putih atau soun, dan tahu. Biasanya juga ditambahi dengan potongan daging sapi atau tetelan. Pelengkapnya tentu ditaburi irisan daun sawi, daun seledri dan bawang goreng. Lengkap deh dalam satu mangkok disiram dengan kuah bakso yang panas dan gurih. Selamat mencoba juga kuliner bakso yang satu ini.

Semangkok bakso Sampurna Temanggung.

Semangkok bakso Sampurna Temanggung.

Baca lebih lanjut

Bakso Isi Telur Ayam di Pajangan

Baca judulnya bukan berarti baksonya ada dipajang ya, tapi itu bakso yang dijual di daerah Pajangan, Bantul. Tepatnya dari kota Bantul mau ke arah Pajangan. Kami biasa lewat situ kalau mau pergi ke toko batik Bu Dirjo yang di Pajangan. Biasanya kami sering mampir sebentar ngisi bahan bakar para penumpangnya di warung bakso ini. Daerah tepatnya gak hafal sih tapi kira-kira di dekat belokan jalan aspal dan di kiri jalan (selatan jalan) sekitar 1,5 km sebelum toko batik itu.

Kalau dari arah utara, warung bakso ini terlihat cukup jelas tinggal lurus saja masuk ke halaman warng itu untuk parkir kendaraan di dalam.

Menu yang tersedia di situ sebenarnya tidak hanya bakso, karena mereka juga menjual mi ayam. Tetapi kami biasanya selalu membeli bakso. Bakso yang dijual terdiri dari beberapa macam seperti bakso biasa, bakso urat dan bakso telor. Sebenarnya rasa bakso ini pun tidak terlalu istimewa, hanya karena tempatnya jauh jadi terasa cukup nikmat untuk dimakan di warung makan itu.

Bakso telur ini bukan berisikan telur burung puyuh, melainkan telur ayam. Otomatis ukuran bulatan bakso yang dihasilkan pun besar. Kalau bakso-bakso berukuran besar, biasanya berisikan cacahan daging, telur atau malah tidak berisi, dalam memasaknya harus dibelah supaya bagian dalamnya matang. Untuk bakso telur ayam ini tidak harus dibelah karena sebenarnya sudah matang. Lagipula kalau dibelah maka telurnya akan pecah.

Isi satu porsi bakso isi telur.

Isi satu porsi bakso isi telur.

 

Semangkok bakso sudah bisa bikin perut kenyang.

Semangkok bakso sudah bisa bikin perut kenyang.

Saya sebenarnya juga tidak terlalu suka makan bakso ini, karena terasa nek dulu lihat telurnya. Tapi suami dan anak-anak padha suka ya ikut menemani saja.

Catatan sendiri, kadang pelayanannya agak kurang enak. Pernah kami menempati meja yang masih kotor setelah dipakai pengunjung yang lain. Kami minta tolong untuk dibersihkan, eh… malah dikasih lap untuk membersihkan sendiri… Opo tumon ??

Awas Templek-nya Jangan Tumplek

Kalau di Purwokerto, sering diajakin keponakan beli makanan kecil. Biasanya sih sering karena membelikan pesanan kraca maka pilihan kios yang dituju adalah yang berada di jalan Pereng. Tempatnya berupa angkringan dengan gerobak yang diletakkan di trotoar dekat pertigaan kecil di samping pasar sebelah barat penjara kota Purwokerto.

Angkringan ini menyediakan berbagai macam jenis makanan selain sayur kraca tadi juga ada aneka jenis gorengan mulai dari tempe medo, tahu, dage dan tidak ketinggalan adalah Templek. Makanan ini merupakan salah satu makanan khas orang Banyumas selain mendoan yang telah go nasional.

Templek adalah makanan yang terbuat dari ampas kedele. Bahan ini diolah memanfaatkan ampas kedele yang diperoleh dari olahan pembuatan tahu sehingga sudah berukuran halus, setelah itu direbus matang. Untuk siap dibuat templek maka bahan tadi diberi bumbu bawang, ketumbar, garam dan sedikit cabe bubuk. Setelah itu dibentuk bulatan seperti bakso dan dicelupkan ke adonan tepung beras dan kemudian digoreng dalam minyak panas. Setelah matang maka jadilah apa yang disebut templek itu.

Gorengan templek khas daerah Banyumas.

Gorengan templek khas daerah Banyumas.

Rasanya ya enak dan khas. Lumayan apalagi kalau dimakan masih panas. Dimakan dengan cabe rawit juga enak. Kalau di rumah mertua biasanya makan templek sambil dicelupkan ke sambal kecap full pedas penuh caberawit.

Enak lah pokoknya…. Kalau beli banyak, bawa templek-nya hati-hati ya, jangan sampai tumplek….